Diskursus Corner

Membincang “Cultural Studies” dan Relasinya dengan Isu-Isu Keagamaan

Membincang “Cultural Studies” dan Relasinya dengan Isu-Isu Keagamaan

Senin, 16 September 2024, selepas isya, Diskursus Institute menggelar program terbarunya bertajuk “Diskursus Corner.” Acara diskusi dua mingguan ini dibuka dengan mengambil tema “Genealogi Teori Cultural Studies dan Relasinya dengan Isu-Isu Keagamaan Kontemporer,” yang disampaikan oleh Saiful Mustofa—”juru kunci” Diskursus Institute.

Acara yang dihelat di Warung Kopi Rumah Kacang, Ds. Tanjungsari, Kec. Kedungwaru, Kab. Tulungagung itu berlangsung cukup meriah. Para peserta yang terdiri dari para mahasiswa S1 dan S2 di lingkup kampus UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung itu menyambut antusias acara tersebut.

Dengan slogan “Merawat Wacana dan Menjaga Akal Sehat Manusia,” Diskursus Corner hadir dalam rangka diaspora gagasan-gagasan yang menjadi spektrum pengkajian Diskursus Institute: tentang kebudayaan dan keagamaan.

Sesi pertama ini dirancang guna menebar pemahaman awal terkait wacana cultural studies, yang mana dalam jangkar terluasnya dijelaskan dengan gamblang Saiful Mustofa. Dia menjelaskan secara kronologis, mulai dari cikal-bakal lahirnya cultural studies sebagai sebuah disiplin ilmu sampai dengan relasinya dengan isu-isu keagamaan kontemporer.

Di awal, Mas Saiful—sapaan akrabnya—menegaskan bahwa secara etimologi term “budaya” atau “culture” itu memiliki beragam makna. Dan sampai saat ini belum ada definisi tunggal atasnya.

Potret antusiasme peserta diskusi yang didominasi oleh mahasiswa dari latar belakang sosial-humaniora dan agama.

Budaya dalam konteks ini jangan dimaknai sebagai suatu hal yang bersifat “estetis” belaka, melainkan lebih kepada “politis-praktis,” tutur pria berkacamata tersebut. Sehingga, sambungnya, ruang lingkup cultural studies menjadi sangat luas dan beragam.

Keragaman obyek kajian itulah yang sesungguhnya menjadi daya tarik tersendiri bagi cultural studies. Ia menerobos sekat teori-teori ilmiah yang selama ini “mengerami” dunia kampus. Sehingga sebagai bahan diskusi, cultural studies jauh lebih menarik dan luwes ketimbang disiplin ilmu di bangku perkuliahan.

Cultural studies menurut Mas Saiful, berjalin-kelindan dengan teori-teori sosial, filsafat, antropologi, dan bahkan fenomena keagamaan mutakhir seperti “perkawinan” Islam dan new media misalnya. Bahkan menurutnya, teori-teori kunci cultural studies itu berhutang budi kepada Marxisme, konsep “relasi kuasa” (Michel Foucault), “ideologi” (Louis Althusser), “interseksionalitas” (Kimberlé Crenshaw), “subaltern” (Gayatri Spivak), dan lain sebagainya.

Tak terasa acara yang dimulai sejak pukul 19.00 WIB itu berlangsung hingga pukul 22.00 WIB. Di akhir sesi forum dibuka dengan tanya jawab dan diskusi interaktif. Meski tak sepenuhnya peserta “ngeh” karena latar belakang keilmuan, akan tetapi antusiasme mereka setidaknya menjadi tanda bahwa akal sehat menuntut untuk terus menyala. []

Share this post

About the author

Penulis Buku "Googling Iman" dan Peneliti di Diskursus Institute