Wartakita

Gelar Workshop Penulisan Babad Desa: Puluhan Kepala Desa di Tulungagung Antusias & Apresiatif

Gelar Workshop Penulisan Babad Desa: Puluhan Kepala Desa di Tulungagung Antusias & Apresiatif

Rabu, 13 Oktober 2021 Diskursus Institute—lembaga sayap dari Yayasan Nurul Afkar Nusantara yang bergerak dalam riset dan kajian keagamaan dan budaya—menggelar workshop dan sosialisasi penulisan babad atau sejarah desa di Tulungagung.

Acara ini dilaksanakan di Nangkula Park, Desa Kendalbulur, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, dengan narasumber Wawan Susetya (penulis sekaligus budayawan) dan Hariyadi (Balai Pelestarian Cagar Budaya [BPCB] Trowulan, Jawa Timur).

Dalam acara tersebut, tak kurang dari 50 kepala desa se-Kabupaten Tulungagung turut hadir. Kemudian perwakilan dari dinas terkait, seperti Bakesbangpol, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Bappeda, dan Sekda Kabupaten Tulungagung juga ikut andil mendukung acara tersebut. Tak lupa undangan dari segenap pemerhati budaya, aktivis mahasiswa (PMII) dan organisasi masyarakat (GP. Ansor) juga ikut andil memeriahkan acara.

Setelah acara dibuka dengan menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya,” diteruskan dengan sambutan Saiful Mustofa selaku direktur Diskursus Institute. Dalam sambutannya, Saiful Mustofa pertama-tama berterimakasih kepada sumua pihak yang telah mendukung suksesnya acara. Berkat dukungan itu, program penulisan buku babad desa dengan sampel pertama Desa Sambijajar, Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung akhirnya selesai.

Buku dengan judul, Sambijajar Tempoe Deoleo: Melacak Sejarah Desa dari Cerita (2021) boleh dibilang cukup menyedot perhatian semua peserta. Pasalnya, selama ini belum ada lembaga pemerintahan atau swasta yang berhasil menerbitkan buku di masing-masing desa.

“Yang kami temukan masih sebatas narasi sejarah (tutur) singkat—atau lebih tepat sebagai profil desa—yang dikompilasi menjadi satu, tanpa adanya penelusuran atau riset yang mendalam,” tutur Saiful Mustofa menjelaskan.

Sambutan kedua disambung oleh Anang Mustofa, selaku Kepala Desa Kendalbulur, sekaligus mewakili kepala desa lainnya. Dalam sambutannya, ia menyambut baik acara tersebut dan mendukung sepenuhnya. Apalagi desa yang ia pimpin juga memiliki sejarah menarik dan patut untuk dibukukan.

Memasuki acara inti, dengan dimoderatori oleh Kowim Sabillah, Wawan Susetya mulai memaparkan materi. Adapun salah satu poin yang cukup menarik adalah pemaparan mengenai kekuatan atau potensi yang dimiliki oleh Indonesia yang dirasa mampu mengubah status Indonesia dari negara berkembang menjadi negara maju. Potensi yang dimaksud salah satunya adalah kebudayaan yang menyimpan banyak nilai dan sejarah penting.

“Indonesia adalah negara yang kaya raya, salah satu potensi kekayaannya adalah kebudayaan. Jika semua masyarakat mau menyadari pentingnya warisan budaya dan sejarah apalagi mau menuliskannya, niscaya Indonesia akan menjadi negara yang maju,” tutur Wawan Susetya.

Hariyadi kemudian menyambung materi dengan memaparkan kekayaan berbagai situs yang dimiliki oleh Tulungagung. Dengan gaya tutur yang landai tapi mengena, pemaparan tersebut diselingi dengan penyampaian cuplikan sejarah singkat pada situs-situs tersebut.

Bahkan Hariyadi mengatakan, menurut ahli, potensi sejarah dan situs-situs di Tulungagung dan Jawa Timur masih banyak yang belum terkuak. Penemuan situs Kumitir di Mojokerto yang disinyalir adalah bekas bangunan kerajaan Majapahit hanyalah sebagian kecil dari itu semua.

“Jika boleh berkata jujur, di Jawa Timur terutama Tulungagung sebetulnya masih banyak peninggalan sejarah yang belum terkuak. Kita hanya menunggu waktu saja, semua itu akan muncul dan menghenyakkan banyak orang, “terang pria yang sehari-hari berkantor di Museum Daerah Tulungagung tersebut.

Acara ditutup dengan sesi tanya jawab yang lumayan intens antara peserta dan narasumber. Saking intensnya, panitia sampai kuwalahan untuk membatasi perdiskusian yang semakin siang semakin menarik. []

Share this post

About the author